Wednesday, December 28, 2016

Benarkah Anda Benar-benar Ingin Main Saham?

Mengapa anda tertarik untuk belajar investasi/trading/main saham?

Tebakan saya: anda ingin mendapatkan untung besar. Ingin menjadi kaya. Atau, kalau sudah kaya, ingin tambah kaya.

Benar gak?

"Ah, bung Iyan tahu aja nih," jawab anda sambil senyum-senyum kecil. Lalu anda sambung dengan bertanya,"Emangnya motivasi ini salah?"

Tidak. Tidak salah.

Tapi. . .

Jangan main saham (atau melakukan hal apapun) hanya SEMATA-MATA demi uang.

Kok begitu?

Jim Koch, pendiri The Boston Beer Co. yang memproduksi bir Samuel Adams, berkata:

"When you think about starting a business, try to find one that you think will make you happy. Because the chances it is going to make you rich are really pretty small, but the chances it will make you happy are pretty big," Koch said. "And what would you rather be? Happy or rich? You know, unless you're a sociopath, you'd rather be happy."

(http://www.cnbc.com/2016/09/29/sam-adams-founder-unless-youre-a-sociopath-being-happy-is-better-than-being-rich.html?__source=newsletter|eveningbrief)

Bahasa Indonesianya kira-kira berbunyi:

"Ketika anda berpikir untuk memulai suatu usaha, cari usaha yang anda pikir akan membuat anda bahagia. Karena kemungkinannya sangat kecil usaha tersebut akan membuat anda kaya, tapi kemungkinannya cukup besar untuk membuat anda bahagia," kata Koch. "Dan anda lebih memilih mana? Bahagia atau kaya? Anda tahu, kecuali anda seorang sociopath, anda lebih memilih bahagia."


----###$$$###----


Jangan salah mengira bahwa Jim Koch (dan saya) mengkhotbahi anda untuk tidak suka uang.

Bukan begitu.

Dalam menjalani hidup, kita semua perlu uang. Uang penting.

Tapi yang harus anda juga ingat adalah bahwa uang bukanlah segalanya. Dan uang bukanlah hal terpenting dalam hidup.

Coba anda pikirkan: kalau tanpa (membayar dengan) uang anda bisa mendapatkan apa yang anda inginkan/butuhkan, apakah anda perlu uang?

Lagipula, ketika anda mencapai titik tertentu, lebih banyak uang tidak akan membuat anda tambah bahagia.

Jadi, menurut saya, hidup akan terasa lebih berarti kalau anda melakukan sesuatu yang anda suka, sesuatu yang anda "enjoy."

Kalau begitu, pertanyaan berikutnya adalah: dari mana anda bisa tahu apakah anda "enjoy" main saham?

Satu-satunya cara adalah dengan MENCOBA main saham.

Nah, saat MENCOBA main saham, hal paling terpenting adalah memastikan anda TIDAK RUGI terlalu BANYAK.

Caranya?

Silahkan baca pos "Beli Saham. Jual Untung/Cut-Loss. Ulangi."

Mengapa penting memastikan agar anda TIDAK RUGI terlalu BANYAK?

Karena saya yakin seyakin-yakinnya bahwa anda tidak mungkin "enjoy" main saham kalau anda rugi sangat banyak.

Nah, setelah mencoba main saham beberapa saat, anda akan tahu jawaban apakah anda "enjoy" main saham atau tidak.

Kalau "enjoy," lanjutkan. Kalau tidak "enjoy," tidak perlu malu dan ragu untuk berhenti.






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2016 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Sunday, December 11, 2016

Karakteristik Trading Plan Yang Menguntungkan, Bagian 2

Di pos "Karakteristik Trading Plan Yang Menguntungkan, Bagian 1" saya menulis bahwa trading plan yang menguntungkan—seperti 4-Week Rule-nya Richard Donchian— TIDAK HARUS rumit dan TIDAK PERLU data dalam jumlah banyak.

Apakah masih ada karakteristik/ciri-ciri penting dari 4-Week Rule ini?

Ada, yaitu:


3. Beli ketika harga naik; jual ketika harga turun.

Perhatikan bahwa trading plan 4-Week Rule ini mengikuti prinsip analisa teknikal yang intinya adalah membeli ketika harga naik. (Silahkan baca pos "Saham Yang Layak Dibeli Menurut Analisa Teknikal.")

PERHATIKAN: trading plan 4-Week Rule ini BUKAN membeli ketika harga turun, tapi membeli ketika harga naik. Trading plan 4-Week Rule ini juga BUKAN menjual ketika harga naik, tapi menjual ketika harga turun.

Hasilnya? 4-Week Rule ini menguntungkan.

(Bandingkan juga konsep 4-Week Rule ini dengan konsep "3 Pola Grafik Saham Paling Menguntungkan" yang dilansir Investor's Business Daily dan konsep trailing stop di pos "Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal.")


---###$$$###--- 


Kesimpulannya: ketika membuat trading plan, ingatlah bahwa trading plan yang menguntungkan TIDAK HARUS rumit, TIDAK PERLU banyak data, dan sebaiknya mengikuti konsep BELI ketika HARGA NAIK dan JUAL ketika HARGA TURUN.


  

Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2016 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Saturday, December 3, 2016

Jalan Menuju Sukses Main Saham

Mau tahu jalan menuju sukses main saham?

Seperti kata pepatah "Banyak jalan menuju Roma," begitu juga dengan main saham: banyak jalan menuju sukses main saham. Tapi, jalan manapun yang anda tempuh, hampir pasti jalan tersebut tidak mulus seperti jalan tol tapi malahan penuh lubang berisi kerikil-kerikil tajam.

Kalau anda mengira bahwa menjadi kaya (atau profit setiap hari, atau mendapat passive income seumur hidup, atau tidak usah bekerja lagi, atau janji surga-janji surga lainnya) dari main saham adalah semudah membayar jutaan Rupiah untuk ikut seminar/pelatihan saham, silahkan lihat Figure 1 di bawah tentang "Road to Success" yang dipublikasikan perusahaan National Cash Register.

Figure 1. The Road to Success Allegorical Cartoon by the National Cash Register

Ketika anda menyusuri jalan menuju sukses main saham, anda akan menemui banyak tantangan, halangan, rintangan. Bukan itu saja, anda juga akan berhadapan dengan banyak orang yang berusaha membujuk rayu dan menjanjikan bahwa anda PASTI sukses dalam waktu singkat asalkan anda membeli produk/seminar/pelatihan yang mereka jual.

Siapa sih yang tidak tertarik untuk bisa untung tidak terbatas dengan cara membayar hanya beberapa juta Rupiah?

Masalahnya, kalau memang semudah itu untuk sukses main saham, rasa-rasanya sih tidak ada orang yang mau bekerja di bidang lain. Untuk apa susah-susah bekerja sebagai buruh, petani, pegawai swasta, pegawai negeri, pengusaha, atau bahkan pejabat kalau bisa mendapat penghasilan tidak terbatas hanya dengan duduk santai di depan komputer berjual-beli saham?

Coba anda pikirkan juga: kalau misalkan anda sama sekali tidak bisa main gitar/memasak/berenang dan ada orang yang menjanjikan bahwa anda PASTI bisa main gitar/memasak/berenang sehebat gitaris/koki/perenang kelas dunia dalam beberapa hari dengan syarat anda membeli gitar/kompor/baju renang yang mereka jual, apakah anda percaya?

(Kalau anda percaya dan hasilnya anda dirugikan, jangan salahkan si penjual. Yang salah adalah yang percaya.)

Mohon dicamkan: dalam hidup ini, TIDAK ADA JALAN PINTAS MENJADI MAHIR.

Satu-satunya cara untuk bisa menjadi ahli/mahir dalam suatu bidang adalah dengan berlatih berjam-jam setiap hari selama berhari-hari, berminggu-minggu, bertahun-tahun.

Anda tidak mungkin bisa mahir main gitar, piano, biola, saxophone kalau anda HANYA membayar guru untuk mengajari tapi anda tidak pernah latihan.

Anda tidak mungkin bisa mahir main bola basket, golf, sepakbola kalau anda HANYA ikut seminar/pelatihan tapi anda tidak pernah latihan.

Sekedar latihan saja tidak cukup.

Kalau mau bisa mahir main alat musik atau mahir olahraga tertentu, anda harus latihan berjam-jam setiap hari selama bertahun-tahun.

Begitu juga dengan main saham.

Anda tidak mungkin bisa mahir main saham hanya dengan membeli software atau ikut seminar/pelatihan selama beberapa hari. Anda harus berlatih berjam-jam setiap hari selama bertahun-tahun.






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2016 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

    Saturday, November 12, 2016

    Jangan Langsung Percaya Prediksi Analis/Ahli/Pakar Saham

    Selama masa kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016, (hampir) semua ahli, pakar, pengamat politik dan juga (hampir) semua survey, poll, jajak pendapat memprediksi Hillary Clinton akan menjadi presiden Amerika Serikat, mengalahkan Donald Trump.

    Tidak ketinggalan, Warren Buffet—investor yang didewakan banyak investor saham—juga dengan lantang memihak Hillary Clinton.

    Datanglah hari pemilu 08 November 2016. Hasilnya?

    Donald Trump menang.

    Semua ahli, pakar, pengamat politik SALAH.

    Kok bisa?

    Bukan itu saja.

    (Hampir) Semua ahli, pakar, pengamat, analis saham Amerika Serikat memprediksi bahwa bursa saham Amerika Serikat akan ambruk jika Donald Trump terpilih menjadi presiden.

    Nyatanya?

    Dow Jones Industrial Average malah naik 1.5% pada tanggal 09 November 2016.

    [Pada tanggal 09 November 2016 bursa-bursa Asia—yang lebih dulu buka sebelum bursa Eropa dan Amerika—ambruk duluan. Bursa-bursa Eropa juga ambruk paginya tapi berbalik naik SETELAH melihat bursa Amerika tidak ambruk.]

    Lagi-lagi (hampir) semua ahli, pakar, pengamat, analis saham SALAH.

    Kok bisa?

    Mengapa bisa terjadi semua orang-orang yang (katanya) ahli, pakar tapi SALAH telak?

     Tentu saja bisa.

    Seahli apapun seseorang dalam menganalisa dan memprediksi, harus anda camkan bahwa yang namanya prediksi ujung-ujungnya adalah NEBAK.

    Kok nebak?

    Karena tidak ada seorangpun tahu dengan pasti apa yang akan terjadi di masa depan.

    Lalu, apakah salah menganalisa, memprediksi, menebak suatu hal akan terjadi?

    Tidak salah kok..

    Menebak sih sah-sah saja. Tapi...

    Salah kalau si penebak mengutarakan seakan-akan tebakannya adalah fakta yang pasti akan terjadi.

    Yang lebih salah lagi adalah kalau anda LANGSUNG percaya pada prediksi mereka.

    Mengapa?

    Kembali lagi: semua analisa, prediksi, forecast, ramalan, prakiraan ujung-ujungnya adalah NEBAK. Walaupun si penebak adalah ahli atau pakar yang sudah menggeluti profesinya selama puluhan tahun, yang namanya NEBAK berarti bisa (sering) salah.

    [Silahkan baca juga pos "Valuasi Indeks Saham Indonesia Terlalu Tinggi?"]

    Jadi, kalau anda tanpa cek dan ricek LANGSUNG percaya pada omongan/tulisan/pendapat/opini/pandangan/prediksi atapun survey/poll/jajak pendapat, dan hasilnya anda dirugikan, jangan salahkan orang lain. Yang salah adalah yang langsung percaya.

    Apa artinya diskusi di atas untuk pemain saham?

    Artinya: saat anda menganalisa saham, JANGAN menganggap bahwa analisa anda PASTI benar. Apalagi kalau anda baru beberapa tahun belajar menganalisa saham. Ingat: para ahli yang sudah puluhan tahun menganalisa saham pun masih akan sering salah. (Warren Buffet pun bisa salah. Apalagi anda dan saya.)

    Artinya juga: kalau anda belum bisa menganalisa saham sendiri, silahkan mencari masukan, petunjuk, pedoman, bimbingan dengan membaca, mendengar, mempelajari perkataan/tulisan orang-orang yang sudah lebih berpengalaman. Tapi JANGAN LANGSUNG serta-merta percaya 100% pada prediksi mereka.

    Cerna dan telaah sendiri apakah prediksi mereka masuk akal.

    Cerna dan telaah sendiri apakah prediksi mereka memihak ("bias") atau tidak.

    Cerna dan telaah dengan cermat apakah prediksi mereka mengandung maksud dan tujuan terselubung.

    Cerna dan telaah juga bagaimana track-record (rekam jejak) prediksi mereka: lebih sering salah atau lebih sering benar.

    Saya tutup pos ini dengan pesan moral berikut:

    Just because all experts predict something will happen doesn't mean it will happen. - Iyan Terus Belajar Saham

    Hanya karena semua pakar memprediksi suatu hal akan terjadi tidak berarti hal itu akan terjadi.






    Pos-pos yang berhubungan:
    [Pos ini ©2016 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

    Tuesday, November 1, 2016

    Pilih Mana: Untung Lalu Rugi atau Rugi Lalu Untung? (Bagian II)

    Pos ini adalah lanjutan dari pos "Pilih Mana: Untung Lalu Rugi atau Rugi Lalu Untung? (Bagian I)."

    Di pos tersebut saya menulis bahwa pemain saham yang LANGSUNG untung saat mulai main sahambiasanya(hampir) tidak mungkin impas ketika beginner's lucknya habis. Yang besar kemungkinan terjadi adalah ia RUGI BESAR jauh melebihi keuntungan yang ia dapat.

    Mengapa?

    Karena dengan mendapat untung sejak awal, ia merasa bahwa main saham itu sangat mudah. Karena menganggap mudah, ia tidak akan berhati-hati ketika rugi.

    Bahkan ketika ia rugi, bukannya berhati-hati, ia malahan MENAMBAH BESAR modal transaksi jual-beli sahamnya dengan harapan rugi di bulan II dan bulan III bisa secepat mungkin impas.

    Ingat: semakin besar modal/transaksi, semakin besar juga potensi kerugian

    Nah, karena keberuntungan pemulanya sudah habis, yang kemungkinan lebih besar terjadi adalah di bulan IV ia rugi besar. Di bulan V rugi lebih BESAR. Di bulan VI game over. 

    Kesimpulannya kalau anda memilih nomor 1: anda berharap bisa untung sejak awal main saham dan semakin hari untungnya semakin besar.

    Pesan moral: Kalau anda beruntung langsung untung ketika baru mulai main saham, sadarilah bahwa keuntungan tersebut hanya keberuntungan. Beginner's luck. Hoki. Bukan karena anda jago/pintar/hebat.

    Lanjut.   

    Nah, dari jawaban yang masuk, mayoritas memilih nomor2.

    Kalau anda memilih nomor 2 (Bulan I rugi Rp 20 juta, bulan II untung Rp 10 juta, bulan III untung Rp 10 juta. Total: impas), anda saya kategorikan sebagai penganut aliran "bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian."

    Nah kalau ini adalah pilihan anda, masih ada secerca harapan. 

    Kok hanya secercah harapan sih, protes anda. Bukankah ini adalah pilihan terbaik?

    Jangan protes dulu dong. Mari saya jelaskan.

    Saya setuju bahwa rugi dulu baru untung adalah pilihan yang lebih baik dibanding yang lain. Pilihan ini menunjukkan bahwa anda mau belajar, mau berusaha. Pilihan ini juga menggambarkan bahwa anda siap bersusah-susah dahulu, berimpas-impas kemudian. 

    Masalahnya . . .

    Setelah anda berhasil menutup kerugian di akhir bulan III, kemungkinan (besar) anda berharap akan mulai bisa terus konsisten untung di bulan-bulan berikutnya.

    Kalau di bulan berikutnya anda rugi, kemungkinan anda akan stress. Jauh lebih stress daripada di bulan I.

    Mengapa?

    Karena kondisi sudah mulai bisa untung, anda merasa sudah (lebih) pintar, merasa sudah tahu (lebih) banyak. Tapi kok rugi lagi.

    Intinya: setelah berhasil impas, anda berharap akan langsung terus untung.

    Sayangnya—mengutip Dedy Corbuzier—hidup tidak semudah omongan Mario Teguh.

    Nah, kalau anda sudah bisa mendapat untung dari main saham, bersyukurlah. Tapi jangan serta-merta merasa bahwa anda tidak akan pernah rugi lagi. (Saya yang main saham sudah hampir 20 tahun, sampai hari ini pun masih sering rugi.) 

    Mohon dicamkan bahwa bisa jadi keuntungan yang anda dapat hanyalah karena market sedang Bullish, atau hanyalah karena (lagi-lagi) faktor keberuntungan belaka.

    Tetapi . . .

    Anda sudah di jalan yang benar. Jangan patah semangat.

    Ingat: Anda tidak bisa jago memasak/menyanyi/menulis/melukis hanya dalam 3 bulan. Anda juga tidak bisa jago main piano/gitar/basket/sepakbola/saham hanya dalam 3 bulan.

    Kesimpulannya kalau anda memilih nomor 2: anda bersedia belajar beberapa bulan tapi berharap tidak perlu bersusah-payah lagi setelah itu.

    Pesan moral: Perlu usaha keras terus-menerus selama bertahun-tahun untuk menjadi jago di setiap bidang. Dan setelah (merasa) sudah jago-pun, anda masih harus terus belajar. 







     
    Pos-pos yang berhubungan:
    [Pos ini ©2016 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]