Sunday, December 29, 2013

"Teman" Ellen May Nyontek Terus Belajar Saham?

Beberapa saat yang lalu saya mempublikasikan pos "Ellen May Nyontek Terus Belajar Saham" bahwa tulisan saya tentang Right Issue dikutip tanpa izin oleh Ellen May di buku Smart Trader, Rich Investor, The Baby Steps.

Karena pos tersebut, si penulisEllen Maymenghubungi saya, menyatakan bahwa ia sama sekali belum pernah mengunjugi blog Terus Belajar: Main Saham dan bagian itu ditulis oleh "teman"nya. Tapi karena ia mengaku salah dan meminta maaf (apakah tulus atau tidak, saya tidak tahu karena saya selalu menghargai orang yang minta maaf) dan berjanji akan mencatumkan sumber kutipan pada cetak ulang buku tersebut, saya anggap masalah tersebut selesai. Silahkan baca pos "Ellen May dan Penerbit Berjanji Akan Mencantumkan Sumber Kutipan Pada Buku Cetakan Berikut."

Sebelum mengakhiri pembicaraan, Ellen May bahkan meminta saya untuk memberitahu dirinya kalau-kalau saya menemukan bagian lain di buku tersebut yang mirip dengan isi blog ini.

Kemarin saya membaca lagi buku "Smart Trader, Rich Investor" dan, sedihnya, menemukan tulisan tentang Book-Building di buku tersebut yang hampir sama persis dengan DUA PARAGRAF di pos "Cara Main Saham IPO Untuk Pemula, Bagian I."

Saya langsung menulis email ke Ellen May, memberitahukan penemuan tersebut. Saya tidak menuduh ia menyontek, tapi saya bilang "teman"nya hobi nyontek.

Lah, bukannya terima kasih yang saya dapat, malahan sindiran dari Ellen May:

.... Apakah yang tahu soal book building itu hanya bapak ? Memang saya sudah salah sekali di RI tapi mohon pak.. jangan sensitif...
(Catatan: RI = Right Issue.)

Lho? Kok malah dia yang marah?

Saya tidak bilang hanya saya yang tahu tentang Book-Building. Saya juga tidak bilang bahwa semua topik IPO dan Book-Building di buku tersebut nyontek. Yang saya bilang adalah ada paragraf pada bagian tersebut hampir sama persis dengan tulisan di blog ini. (Pada komunikasi saya dengan Ellen, saya SALAH menulis bahwa "2 paragraf" di bukunya hampir sama persis dengan blog ini. SEHARUSNYA: "paragraf pertama" di bagian buku tersebut hampir sama persis dengan "2 paragraf" di blog ini.)

Mungkin Ellen May berpikiran bahwa saya mau menuntut ini itu. Lah? Ketahuan nyontek satu sub-bab topik Right Issue, saya hanya meminta agar sumber kutipan dicantumkan. Masa nyontek satu paragraf, saya akan menuntut ganti rugi Rp 1 Milyar? Coba anda pikirkan.

(Catatan: Lain kali, siapapun yang mengutip blog ini tanpa izin untuk sesuatu yang bersifat komersial, siap-siap didatangi pengacara saya. Silahkan baca halaman "About.")

Terus terang, karena yang sama persis hanya beberapa kalimat, saya juga tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan. Tapi kalau saya diam, juga tidak benar dan tidak mendidik. Bisa-bisa nanti malahan ada yang menuduh saya yang nyontek.

Nah, sebenarnya tujuan utama saya adalah agar Ellen May jangan lagi berhubungan dengan "teman" yang hobi nyontek. Mungkin yang nyontek adalah "teman"nya Ellen May. Tapi, nama penulis yang terpampang di buku itu adalah Ellen May. Bukan "Teman" Ellen May. Lagipula, menulis buku kok minta bantuan "teman"?

Yang lebih penting lagi: Penulis yang nyontek/jiplak sama saja dengan koruptor: mereka mengambil sesuatu yang BUKAN HAKNYA untuk memuliakan diri sendiri.

Karena Ellen May tidak terima saya bilang "teman"nya nyontek, dan daripada debat kusir tidak ada ujungya, silahkan anda bandingkan dan simpulkan sendiri.


Saya kutip dari pos "Cara Main Saham IPO Untuk Pemula, Bagian I." (Terbit tanggal 06 November 2010)
Book-building
(Untuk lengkapnya, silahkan baca pos "Arti Istilah Book-Building Saham IPO di Bursa Efek Indonesia.")
Book-building adalah proses penjamin emisi menentukan harga jual dengan melihat minat beli dari institusi dan investor besar. Sebelum harga ditentukan, penjamin emisi memberi rentang harga penawaran saham tersebut, misalnya  antara Rp 800 - 1150 untuk saham Krakatau Steel.
Setelah mengumpulkan semua minat beli, penjamin emisi menentukan harga optimum di mana saham itu akan laku. Kalau peminat banyak, harga ditentukan di batas atas dan pemesan mendapat jatah sedikit. Kalau peminat sedikit, harga ditentukan di batas bawah dan pemesan mungkin mendapat jatah banyak.

Bandingkan dengan berikut (Hal.222 buku Smart Trader Rich Investor, The Baby Steps mulai dari "6. Cek Peminatnya"):

Figure 1. Buku Smart Trader, Rich Investor, The Baby Steps Jiplak Blog Terus Belajar Saham

Figure 2. Smart Trader, Rich Investor, The Baby Steps Jiplak/Nyontek Blog Terus Belajar Saham








Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

    Tuesday, December 24, 2013

    Cara Melakukan Cut-Loss Saham (Bagian I)

    Sebelum anda belajar tentang cara melakukan cut-loss, anda perlu tahu dulu apa itu cut-loss dan mengapa harus cut-loss. Hal ini sudah saya tulis di pos "Mau Main Saham? Ingat 3 Hal Maha Penting Ini."

    Hal selanjutnya yang harus anda ketahui tentang cut-loss adalah cara menentukan harga/titik cut-loss. Mengenai bagaimana menentukan titik cut-loss/stop-loss sudah saya bahas di pos "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham."

    Nah, di pos ini saya akan membahas makna dari harga/titik cut-loss: APA yang seharusnya anda lakukan ketika harga saham mencapai harga cut-loss yang sudah anda tentukan tersebut.

    Untuk memudahkan diskusi, mari kita memakai contoh di bawah ini.

    Katakanlah anda membeli saham SIDO (Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul) sebanyak 100 lot di harga Rp 800 dan memakai metode cut-loss 10%. Artinya, kalau SIDO turun 10% ke harga Rp 720, anda akan cut-loss. 

    Beberapa hari kemudian SIDO turun ke harga 730. Pada jam 10.28 hari tersebut, SIDO menyentuh harga "Bid" 720. (Kalau anda belum mengerti arti "Bid" dan "Offer" silahkan baca pos "Istilah 'Bid' dan 'Offer' Ketika Bermain Saham."

    Apa yang harus anda lakukan?

    Cut-loss, tentu saja, jawab anda. Gitu aja kok repot.

    Berarti anda akan cut-loss SIDO ketika ada kejadian (Trade Done) di harga 720?

    Betul sekali, jawab anda.

    Walaupun volume kejadian di harga 720 hanya 1 lot? 

    Eh... iya juga ya, kata anda sambil menggaruk-garuk kepala anda yang tidak gatal. Kalau cuma kejadian 1 lot, saya belum cut-loss.

    Oke, kalau tidak langsung cut-loss ketika Trade Done cuma 1 lot, anda menunggu Trade Done berapa lot, baru setelah itu anda cut-loss?

    Hah? Makin keras anda menggaruk kepala anda.

    Sekarang anda mulai menyadari bahwa pernyataan "cut-loss kalau saham SIDO turun ke harga 720" tidaklah sehitam-putih yang anda bayangkan semula.

    Jadi harusnya gimana dong?

    Nah, untuk tahu bagaimana seharusnya menyikapi saham SIDO anda yang sudah turun ke harga cut-loss, anda terlebih dulu harus tahu definisi harga/titik cut-loss menurut Iyan Terus Belajar Saham:

    Harga/titik cut-loss adalah harga pemicu untuk melakukan cut-loss di harga sebaik mungkin secepat mungkin.

    Kata-kata  kunci di sini adalah "pemicu" dan "harga sebaik mungkin secepat mungkin."

    Pemicu (bahasa Inggrisnya: trigger) ini artinya ketika saham anda mencapai harga cut-loss, kondisi mental anda adalah untuk cut-loss, untuk menutup posisi. Bukan untuk bengong, diam, tidak melakukan apa-apa. Lebih-lebih lagi bukan untuk merubah titik cut-loss (ke harga yang potensi ruginya lebih besar).

    Mari kita melihat kembali contoh di atas: Ketika ada Trade Done SIDO sebanyak 1 lot di harga cut-loss anda di 720, apa yang seharusnya anda lakukan?

    Mari kita mulai dulu dengan apa yang TIDAK HARUS anda lakukan.

    Anda TIDAK HARUS langsung ikut menjual.

    Memang harga cut-loss anda sudah terpicu. Tapi tidak berarti anda harus menjual saat itu juga. Pada bagian kalimat  "harga sebaik mungkin secepat mungkin" tersirat bahwa ketika harga cut-loss terpicu, anda BERSIAP-SIAP cut-loss. 

    Dengan kata lain, terpicunya harga cut-loss TIDAK BERARTI anda harus menjual pada saat itu juga. Terpicunya harga cut-loss juga TIDAK BERARTI anda harus menjual HANYA di harga tersebut.

    Apakah ini berarti saya menganjurkan anda untuk TIDAK cut-loss kalau baru ada Trade Done 1 lot di harga cut-loss?

    Bukan begitu.

    Yang saya tulis di atas adalah "Anda TIDAK HARUS ikut menjual." Sah-sah saja kalau anda ikut menjual, tapi sebaiknya jangan. 

    Mengapa?

    Karena kejadian 1 lot belum tentu mencerminkan kondisi yang sebenarnya; bisa saja "bandar" menjual 1 lot hanya untuk memicu titik cut-loss anda; bisa saja setelah anda ikut jual, saham malah berbalik naik. Lagianmenurut statistikhal yang terjadi 1 kali tidak sepatutnya dipakai untuk mengambil kesimpulan.

    Yang saya anjurkan adalah anda menunggu Trade Done lebih dari 1.  Tapi semakin lama anda menunggu, semakin besar kemungkinan pemain-pemain saham lain lebih dulu menjual sehingga saham SIDO anda tidak langsung laku di harga cut-loss 720.

    Nah lho.

    Jual terlalu cepat, salah. Jual terlalu lambat, salah juga.

    Piye, toh?

    Mau tahu jawabannya? Silahkan lanjut baca ke pos "Cara Melakukan Cut-Loss Saham (Bagian II)." [Belum terbit. Mohon berkunjung kembali.]






    Pos-pos yang berhubungan:
    [Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

      Thursday, December 12, 2013

      Apa Inti Analisa Fundamental?

      Anda sedang belajar Analisa Fundamental?

      Belajar Analisa Fundamental artinya anda sudah mulai membaca laporan keuangan perusahaan.  Artinya anda juga mulai belajar Earning Per Share (EPS) (silahkan baca pos "Arti Istilah Earning Per Share"), Price-to-Earnings-Ratio (PER) (silahkan baca pos "Arti Istilah Price-to-Earnings-Ratio"), Price-to-Book Value (PBV), Debt-to-Equity-Ratio, dan indikator-indikator fundamental lainnya.

      Stop!

      Sebelum anda mendalami Analisa Fundamental lebih lanjut, sudah tahukah anda apa tujuan menghitung dan membandingkan indikator-indikator tersebut? Dengan kata lain, apa sebenarnya inti dari Analisa Fundamental?

      Belum tahu?

      Kebetulan. Di pos ini saya akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut.

      "Apa gunanya tahu inti dari Analisa Fundamental?" mungkin begitu gumam anda dalam hati.

      Ada, sedikit-dikitnya, 2 alasan:
      1. Kalau anda tahu apa yang anda cari, anda akan lebih mudah menemukan hal yang anda cari tersebut.
      2. Berbekal pengetahuan prinsip dasar/inti Analisa Fundamental  anda akan mengerti mengapa Analisa Fundamental begitu populer, jauh lebih populer dari Analisa Teknikal ataupun analisa-analisa jenis lainnya.
      Yuk, kita mulai.


      Prinsip Dasar/Inti Analisa Fundamental


      Apa sebenarnya prinsip dasar dari Analisa Fundamental? Tanpa bertele-tele, inti dari Analisa Fundamental adalah membeli saham murah.

      Lebih tepatnya:

      Inti dari Analisa Fundamental adalah membeli saham yang nilainya (relatif) murah.

      Yang harus anda camkan di sini adalah bagian kalimat "yang nilainya (relatif) murah."

      Mengapa?

      Karena saham yang nilainya murah tidak sama dengan saham yang harga Rupiahnya murah. Dengan kata lain, saham Rp 50 belum tentu lebih murah dari saham seharga Rp 20.000. 

      Karena murah mahalnya suatu saham tidak tercermin dari harga Rupiah saham tersebut, maka dari itu anda butuh Analisa Fundamental. Fungsi dari Analisa Fundamental adalah membandingkan saham berdasarkan indikator tertentu yang sejenis untuk mencari saham yang nilainya lebih murah.

      Nah, dengan tujuan mencari saham yang nilainya murah inilah anda menghitung PER atau PBV atau Price-to-CashFlow atau Price-to-Sales atau Price-to-Asset atau Debt-Equity-Ratio atau indikator-indikator lainnya.

      Berbekal, misalkan, PER sekelompok saham yang anda perhatikan, anda bisa mulai membandingkan PER saham tersebut satu dengan yang lain untuk mencari saham yangsecara PERnilainya paling murah.

      Itu saja.

      Itulah prinsip dasar dari Analisa Fundamental.

      Tapi prinsip yang sederhana dari Analisa Fundamental ini tidak berarti penerapannya juga sederhana.

      Mencari saham yang "nilainya" murah bukanlah pekerjaan mudah. Anda perlu meneliti dengan seksama laporan keuangan perusahaan, dan hal ini menyita waktu dan perlu usaha keras. Anda mungkin perlu juga membandingkan indikator kualitatif yang tidak mudah diterjemahkan menjadi angka. Lagipula, sesuatu yang murah menurut analisa anda belum tentu murah menurut analis-analis yang menulis di surat-kabar atau muncul di TV atau radio.

      Memang, Peter Lynch (dan juga saya) menyarankan anda untuk tidak langsung percaya analis-analis saham (Silahkan baca pos "Mau Investasi Saham? Baca Dulu Buku Peter Lynch 'One Up on Wall Street'"). Tapi kalau anda seorang pemula, seberapa yakin anda bahwa analisa anda lebih baik dari analisa pengamat saham yang sudah berpengalaman? 

      Satu hal lagi yang paling penting: Kalaupun anda berhasil menemukan saham yang nilainya (relatif) murah, tidak berarti saham tersebut pasti memberi anda untung.

      Bahwa menerapkan Analisa Fundamental untuk mencari saham "murah" adalah pekerjaan yang sukar akan saya bahas pada pos tersendiri. Pesan utama pos ini adalah bahwa inti dari Analisa Fundamental adalah mencari saham yang nilainya (relatif) murah.


      Mengapa Analisa Fundamental Populer

      Di pos "Saham Yang Layak Dibeli Menurut Analisa Teknikal" saya menulis bahwa ketika anda "shopping" apa yang anda cari? Anda mencari "good deal"; anda mencari diskon; anda mencari produk yang sedang promosi beli satu gratis satu. Intinya, ketika berbelanja anda berusaha mencari produk yang harganya lebih murah dari biasanya. Makin murah makin baik.

      Tidak bisa dipungkiri bahwa mendapatkan sesuatu dengan harga semurah mungkin adalah keinginan semua manusia.

      Jadi, tidaklah mengherankan kalau investor saham menerapkan prinsip di atas dalam membeli saham: cari saham yang (relatif) murah.

      Nah, prinsip dasar Analisa Fundamental untuk mencari saham yang murah cocok dengan sifat manusia yang ingin mendapatkan barang murah. Tidak heran kalau analisa ini adalah analisa yang paling populer di kalangan investor saham.

      (Perlu saya ingatkan bahwa "paling populer" tidak berarti paling cocok untuk anda.)

      Anda sudah tahu apa yang dicari Analisa Fundamental. Anda juga sudah tahu mengapa Analisa Fundamental populer. Nah, segera lanjutkan mendalami Analisa Fundamental!


      [Catatan:

      Bung Willy, top komentator di blog ini yang nge-blog di Billy the Pip, tidak sepakat dengan pernyataan saya tentang inti Analisa Fundamental (silahkan baca komentar-komentar di bawah). Menurut bung Willy:

      Inti dari Analisa Fundamental modern adalah membeli saham bagus yang relatif murah.

      Definisi bung Willy sangat baik. Tapi, ada beberapa alasan mengapa saya tidak mencantumkan kata "bagus."

      Pertama, bagus-jelek sifatnya subjektif. 

      Kedua, bagian kalimat "nilainya (relatif) murah" bermakna bahwa tujuan Analisa Fundamental bukanlah mencari saham murah semurah-murahnya, tapi saham yang DALAM ASPEK TERTENTU (ini yang saya maksud dengan "nilai") RELATIF  MURAH terhadap saham lain .

      Kalau aspek yang anda pakai adalah "bagus," berarti saham yang anda cari adalah saham "bagus" yang relatif murah. Kalau aspek yang anda pakai adalah "growth" (perkembangan), berarti saham yang anda cari adalah saham "growth" yang relatif murah.

      Kalau anda telusuri dengan teliti, kata kunci pada setiap Analisa Fundamental adalah "murah." 

      Ketiga, ketika membuat definisi, saya berusaha agar definisi tersebut seglobal mungkin. Definisi yang saya kemukakan mencakup Analisa Fundamental klasik (kuno) dan Analisa Fundamental modern.

      Maka dari itu saya tetap teguh bahwa:

      Inti dari Analisa Fundamental (klasik ataupun modern ataupun lainnya) adalah membeli saham yang nilainya (relatif) murah.

      Terima kasih bung Willy sudah membantu saya memperjelas isi pos ini.]






      Pos-pos yang berhubungan:
      [Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

        Monday, December 2, 2013

        Ellen May & Penerbit Berjanji Akan Mencantumkan Sumber Kutipan Pada Buku Cetakan Berikutnya

        Pada tanggal 30 November 2013 saya menulis pos "Ellen May Nyontek Terus Belajar Saham" tentang tulisan di blog ini ("Arti Istilah 'Right Issue' di Bursa Saham Indonesia, Bagian I) yang dicontek/dijiplak Ellen May di buku Smart Trader, Rich Investor, The Baby Steps yang baru terbit.

        Figure 1. Buku Smart Trader Rich Investor, The Baby Steps Jiplak Terus Belajar Saham 

        Figure 2. Buku Smart Trader Rich Investor, The Baby Steps Jiplak Blog Terus Belajar Saham


        Penulis buku tersebut (Ellen May) sudah menghubungi saya dan meminta maaf atas kesalahan tidak mencantumkan sumber kutipan. Pihak penerbit juga sudah melakukan hal yang sama. Lebih lanjut, mereka dengan sopan meminta apakah mungkin saya mencabut pos saya tentang kekhilafan yang mereka lakukan.

        Karena mereka sudah menunjukkan itikad baik, saya setuju mencabut pos tersebut dengan syarat:

        1. Pada cetak ulang buku Smart Trader Rich Investor, The Baby Steps (Januari 2014), sumber kutipan (yaitu blog ini: terusbelajarsaham.blogspot.com) dan penulis (Iyan) akan dicantumkan dengan jelas pada naskah tulisan.

        2. Tulisan saya itu TIDAK AKAN dihapus dari buku cetak ulang (Karena kalau dihapus berarti tidak perlu mencantumkan sumber kutipan. Tapi hal ini tidak menjelaskan mengapa di edisi pertama buku ini ada tulisan yang sama persis dengan tulisan di blog ini).

        Karena pihak penulis dan penerbit menyetujui persyaratan (yang ringan) tersebut, pos tentang penulis dan buku yang menyontek blog ini langsung saya hapus. (Kalau persyaratan di atas ternyata tidak dipenuhi, Ellen May mempersilahkan saya mempublikasikan kembali pos yang sudah saya hapus tersebut.)   

        Saya sadar tidak ada orang yang luput dari kekhilafan. Yang penting adalah kita bersedia dengan rendah hati mengakui kesalahan dan meminta maaf. Nah, kalau orang sudah minta maaf dengan sungguh-sungguh, kan kebangetan kalau tidak saya terima. Toh, suatu hari ketika saya melakukan kesalahan, saya juga mau dimaafkan.

        Tapi satu hal yang perlu saya tekankan: semua tulisan di blog ini adalah ASLI. Bukan nyontek. Bukan copy-paste. Bukan terjemahan (tanpa mencantumkan sumber) dari buku berbahasa asing. Ingat: bukan hanya tulisan di buku yang dilindungi Hak Cipta; tulisan di blog juga dilindungi Hak Cipta.

        Saya memeras otak dan keringat, menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer menulis, tanpa mengharapkan keuntungan finansial karena bercita-cita suatu hari saya akan menerbitkan tulisan di blog ini dalam bentuk buku. Dan, JANGAN SAMPAI terjadi pembaca buku saya menuduh bahwa isi buku saya menyontek buku orang lain yang sudah terbit terlebih dulu. Padahal buku yang terbit lebih dulu itulah yang menyontek dari tulisan saya di blog ini.


        [Catatan: Karena sampai dengan akhir Februari tidak ada update dari Ellen May tentang janjinya untuk mencantumkan sumber kutipan di buku Smart Trader Rich Investor, The Baby Steps, pos "Ellen May Nyontek Terus Belajar Saham" terpaksa diterbitkan kembali.]






        Pos-pos yang berhubungan:
        [Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

          Saturday, November 30, 2013

          Ellen May Nyontek Terus Belajar Saham?

          Kemarin, hari Jumat tanggal 29 November 2013, saya iseng-iseng melihat-lihat buku terbaru Ellen May berjudul Smart Trader Rich Investor, The Baby Steps. Maksud saya mau melihat ilmu apa yang bisa saya pelajari dari Ellen. Tapi boro-boro menambah ilmu, yang saya temukan di halaman 239 pada topik "Right Issue" adalah tulisan saya di blog ini dicontek tanpa permisi dan tanpa izin. (Silahkan lihat foto di bawah.)

          Figure 1. Halaman 239 Buku Ellen May Smart Trader Rich Investor Jiplak Terus Belajar: Main Saham

          Figure 2. Halaman 240 Buku Ellen May Smart Trader Rich Investor, The Baby Steps Jiplak/Nyontek Blog Terus Belajar: Main Saham



          Tulisan tentang Right Issue di situ amat-sangat mirip dengan tulisan saya di pos "Arti Istilah 'Right Issue' di Bursa Saham Indonesia, Bagian I" yang saya publikasikan pada tanggal 23 Juni 2012. Urutan penyampaian dirubah sedikit, tapi sangat jelas bahwa konsep dasar tulisan itu nyontek dari blog ini. Bahkan sebagian besar tulisan itu menyalin mentah-mentah tulisan saya.

          Selama ini saya sering menemukan blog saya di copy-paste oleh blogger tidak tahu malu. Tapi baru kali ini saya menemukan blog saya dicopy oleh penulis dalam bentuk buku. Dan bukan sembarang penulis buku. Pelaku kali ini adalah Ellen May yang (katanya) sudah sering tampil di TV, radio, surat-kabar.

          Melihat tulisan saya dicontek dalam bentuk buku, di satu sisi saya merasa senang, tapi di sisi lain malu.

          Senang, karena dengan menyontek tulisan saya berarti Ellen May mengakui bahwa tulisan saya sangat bagus. Saking bagusnya tulisan saya dan menyadari dia tidak bisa menyampaikan konsep Right Issue dengan cara lebih baik, dia memutuskan untuk menyontek. Terima kasih Ellen untuk ungkapan kagum anda.

          Tapi di sisi lain saya malu dengan bobroknya mental segelintir orang Indonesia karena di halaman "About" saya menyatakan dengan gamblang bahwa siapapun boleh mengutip tulisan saya asal saja mencantumkan dengan jelas bahwa sumber tulisan adalah blog Terus Belajar: Main Saham dan penulis adalah saya. Nah, sudah diberi izin mengambil asalkan permisi tapi tetap saja lebih suka mengambil tanpa permisi. Diberikan kesempatan untuk jujur, tapi tetap saja memilih mencuri, memilih nyolong. 

          Ellen May, anda adalah seorang penulis. Anda tentu tahu kode etik penulis. Boleh saja memakai ide ataupun mengutip mentah-mentah, tapi jangan lupa menulis sumber tulisan dan penulis asli. Malahan, karena buku anda tujuannya komersil seharusnya anda mendapat persetujuan tertulis dari penulis asli (dalam bahasa Inggrisnya disebut "used with permission").

          Ellen May, anda berkarir sebagai instruktur investasi saham. Anda adalah seorang guru. Kalau gurunya nyontek berdiri, kata pepatah, murid-muridnya akan nyontek berlari. Itukah yang hendak anda ajarkan pada murid-murid anda?

          Ellen May, menyontek dan menjiplak adalah tanda tak mampu. Pantaskah penyontek dan penjiplak menyatakan dirinya "pakar"?

          Ellen May, anda (mungkin) juga seorang ibu. Pesan moral apa yang anda sampaikan ke anak anda? Bahwa menyontek itu baik? Bahwa demi uang segala hal dihalalkan? Termasuk menyontek, menjiplak, mencuri karya orang lain?

          Ellen May, pos "Arti Istilah 'Right Issue' di Bursa Saham Indonesia, Bagian I" terbit satu-setengah tahun lebih dahulu dari buku anda. Dan pos tersebut sudah dibaca RIBUAN orang. Masa sih anda yakin bahwa tidak akan ada seorangpun yang mengetahui tindakan anda?

          Membaca sampai sini, anda mungkin merasa bahwa tujuan saya menulis blog ini adalah untuk menuduh Ellen May nyontek, menuduh Ellen May plagiarist, menuduh dia guru yang tidak baik, menuduh dia bermoral rendah.

          Bukan. Sama sekali bukan begitu.

          Tujuan utama saya adalah meng-klaim hak kepemilikan dan HAK CIPTA atas semua tulisan saya di blog ini. Semua pos di blog ini adalah tulisan ASLI. Bukan nyontek. Bukan copy-paste. Bukan terjemahan (tanpa mencantumkan sumber) dari buku berbahasa asing. Ingat: bukan hanya tulisan di buku yang dilindungi Hak Cipta; tulisan di blog juga dilindungi Hak Cipta.

          Saya memeras otak dan keringat, menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer menulis, tanpa mengharapkan keuntungan finansial karena bercita-cita suatu hari saya akan menerbitkan tulisan di blog ini dalam bentuk buku. Dan, JANGAN SAMPAI terjadi pembaca buku saya menuduh bahwa isi buku saya menyontek buku orang lain yang sudah terbit terlebih dulu. Padahal buku yang terbit lebih dulu itulah yang menyontek dari tulisan saya di blog ini.

          Pesan moral yang ingin saya sampaikan: tidak mungkin bisa menjadi Smart Trader apalagi Rich Investor kalau anda tidak jujur. Baby Steps pertama adalah belajar jujur dulu, barulah anda bisa menjadi Smart Trader.






          Pos-pos yang berhubungan:
          [Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

            Thursday, November 7, 2013

            Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 6

            Pos ini adalah lanjutan dari "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 5." 

            (Kalau anda ingin membaca seri ini dari awal silahkan klik di sini "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 1.")  


            Karena cenut-cenut kepala anda sudah berkurang, mari kita membahas apa yang perlu anda perhatikan dari harga Close vs. High dan harga Close vs. Low.


            III. Close Hari Ini vs. High Hari Ini 
            & IV. Close Hari Ini vs. Low Hari Ini

            Yang perlu anda perhatikan dari Close hari ini vs. High dan Low adalah apakah Close lebih dekat ke High atau lebih dekat ke Low.

            Kalau harga saham Close (relatif) dekat dengan High, saham tersebut (relatif) Bullish. Semakin dekat Close dengan High, semakin Bullish.

            Tabel 1. Mei 2009 ANTM Close Dekat High


            Kalau harga saham Close (relatif) dekat dengah Low, saham tersebut (relatif) Bearish. Semakin dekat Close dengan Low, semakin Bearish.

            Tabel 2. Februari 2009 BBRI Close Dekat Low


            Pernyataan di atas cukup jelas.

            Kalau pernyataan di atas kita telusuri lebih detil, kita dapat mengambil kesimpulan lebih lanjut:

            Karena kalau Close semakin dekat dengan High berarti (relatif) semakin Bullish, kondisi (relatif) paling Bullish adalah bila Close di High (Close = High).

            Begitu juga kebalikannya.

            Karena kalau semakin dekat Close dengan Low berarti (relatif) semakin Bearish, kondisi (relatif) paling Bearish adalah bila Close di Low (Close = Low).

            Sampai di sini cukup jelas?

            Nah, sebelum anda serta-merta membeli saham berdasarkan pernyataan di atas, saya perlu mengulang peringatan yang saya berikan di awal seri ini.


            PERINGATAN! WARNING:
            Jangan langsung melakukan aksi jual-beli saham berdasarkan apa yang anda baca di seri "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula" ini. Analisa teknikal yang anda pelajari di sini masih terlalu minim untuk dipakai sebagai dasar jual-beli saham. 



            Untuk meyakinkan anda bahwa anda perlu tahu faktor dan konsep lainnya sebelum bisa membuat keputusan jual-beli saham terpelajar, saya akan memberikan dua contoh.

            Di atas saya menyatakan bahwa jarak antara Close dengan High/Low menunjukkan seberapa Bullish/Bearish suatu saham. Tapi, ada faktor lain yang lebih dominan. Faktor tersebut adalah RENTANG/JARAK antara harga High dan harga Low.

            Contoh yang sederhana akan membantu anda memahami jelas pernyataan tersebut. Katakan saham A dan saham B sama-sama Close di High dengan data di bawah ini:

            Tabel 3. Saham A dan B Close Di High, Rentang High/Low Berbeda

            Karena saham A dan B sama-sama Close di High, kedua saham tersebut sama-sama Bullish. Tapi level Bullish-nya tidak sama. Mengapa? Karena rentang harga High/Low kedua saham tersebut berbeda.

            Kalau begitu, tanya anda, saham mana yang lebih Bullish?

            Jawab: saham B.

            Mengapa?

            Karena rentang High/Low saham B adalah Rp 200 sedangkan rentang High/Low saham A hanya Rp 40.

            Jadi, karena kedua saham tersebut sama-sama Close di High, anda harus memperhatikan rentang harga High/Low untuk menentukan level (relatif) Bullish saham-saham tersebut.

            Dengan demikian, pernyataan tentang hubungan Close vs. High/Low yang lebih lengkap adalah:

            Semakin besar rentang antara High dan Low, Close yang semakin dekat dengan High menandakan saham tersebut (relatif) semakin Bullish.

            Semakin besar rentang antara High dan Low, Close yang semakin dekat dengan Low menandakan saham tersebut (relatif) semakin Bearish.

            Kepala anda mulai cenut-cenut lagi? Tahan, tahan. Pembahasan kita hampir selesai.

            Di atas saya menyatakan juga bahwa faktor rentang High/Low lebih dominan. Tahukah anda mengapa?

            Mari kita lihat tabel di bawah ini. 

            Tabel 4. Saham A, B, C High Sama; A, B Close Di High, C Tidak

            Saham A dan saham B Close di High, tapi B (relatif) lebih Bullish karena rentang High/Low B lebih besar.

            Saham B juga (relatif) lebih Bullish dari saham C karena rentang High/Low-nya sama, tapi B Close di High, C tidak. 

            Bagaiman dengan A dibanding C?

            Saham A Close di High dengan rentang High/Low Rp 40; saham C Close dekattapi bukan diHigh dengan rentang High/Low Rp 200. Mana yang (relatif) lebih Bullish?

            Karena saya katakan di atas bahwa faktor rentang harga lebih dominan dalam menentukan level Bullish/Bearish, kesimpulan yang lebih tepat adalah saham C (relatif) lebih Bullish daripada A.

            (Mengapa rentang High/Low lebih dominan daripada jarak Close ke High/Low akan saya bahas di pos tersendiri. Kalau saya bahas di sini, saya khawatir cenut-cenut di kepala anda akan menjadi cenaT-cenET-ceNIT-cENOT-CENUT.)

            Silahkan anda cerna dulu pernyataan-pernyataan di atas.

            Seri "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula" hampir tamat. Di pos berikut saya akan membahas harga Open vs. High/Low. Untuk lanjut baca silahkan klik di sini "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 7." [belum terbit. mohon berkunjung kembali.]
             






            Pos-pos yang berhubungan:
            [Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]